Indonesia Masuki Tahap Awal Negosiasi Tarif dengan AS, Tanda Tangani NDA dengan USTR

  • Indonesia utamakan kepentingan nasional dalam negosiasi tarif impor 32% dengan AS, dipimpin oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menkeu Sri Mulyani.
  • Negosiasi awal dimulai usai penandatanganan NDA dengan USTR; lima sektor prioritas akan dibahas dalam kelompok kerja teknis dalam dua pekan ke depan.
  • Indonesia dorong perdagangan yang adil, dengan fokus pada akses pasar, deregulasi, kerja sama teknologi dan mineral strategis, serta usulan peningkatan impor dari AS hingga $19 miliar.

Indonesia sedang memprioritaskan kepentingan nasional dalam negosiasi dengan Amerika Serikat terkait rencana penerapan tarif impor sebesar 32% yang telah mendapatkan penunandaan selama 90 hari. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, memimpin delegasi negosiasi yang berlangsung di AS.

Pada Jumat, 25 April 2025, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani, menyampaikan perkembangan terbaru negosiasi tarif resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam konferensi pers daring. Indonesia telah memasuki tahap awal negosiasi setelah menandatangani non-disclosure agreement (NDA) dengan United States Trade Representative (USTR), menjadikannya salah satu dari 20 negara yang memulai proses ini.

Delegasi Indonesia telah bertemu dengan pejabat tinggi AS, seperti Menteri Perdagangan Howard Lutnick, Menteri Keuangan Scott Bessent, serta sejumlah perusahaan besar di bawah US Chamber of Commerce, termasuk Freeport, Amazon, dan Cargill.

Airlangga menjelaskan bahwa pemerintah AS dan dunia usaha mengapresiasi pendekatan serta proposal Indonesia, dan kedua pihak sepakat untuk melanjutkan negosiasi secara lebih intensif di tingkat teknis. Lima sektor prioritas akan dibahas dalam format kelompok kerja khusus antara tim Indonesia dengan AS dalam dua pekan ke depan. 

Prioritas utama adalah menjaga ketahanan energi nasional. Indonesia juga mendorong akses pasar yang lebih luas ke AS dengan tarif ekspor yang kompetitif. Upaya deregulasi dilakukan untuk mempermudah usaha, perdagangan, dan investasi. Selain itu, kerja sama difokuskan pada rantai pasok industri strategis dan pemanfaatan mineral penting, serta peningkatan akses terhadap teknologi di bidang kesehatan, pertanian, dan energi terbarukan.

Tawaran Indonesia menekankan pentingnya kerja sama perdagangan yang adil  dan berbasis kepentingan nasional. Isu yang diangkat termasuk akses pasar ke AS, tarif impor yang kompetitif untuk produk Indonesia, deregulasi, perizinan, kuota impor, dan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Pemerintah juga menjalin komunikasi dengan pelaku usaha dan asosiasi bisnis AS untuk memastikan keadilan dalam kerja sama ini.

Indonesia menekankan perlunya hubungan dagang yang adil dan setara dengan AS, serta membahas berbagai isu seperti pasokan energi, akses pasar, deregulasi, serta kerja sama teknologi dan mineral penting. Indonesia juga membuka peluang bagi perusahaan pembayaran asing seperti Visa dan Mastercard dengan membahas sistem pembayaran nasional dan standar QR code.

Untuk mengimbangi tarif, Indonesia mengusulkan peningkatan impor dari AS hingga $19 miliar serta pengurangan hambatan non-tarif dan pemotongan pajak bagi produk AS. Sri Mulyani menyampaikan bahwa pendekatan Indonesia yang memilih negosiasi daripada balasan diharapkan mendapat respons positif dari Presiden Trump, yang disebut dapat menghargai "first movers".

Meski ada kekhawatiran dampak tarif terhadap pertumbuhan ekonomi, Sri Mulyani tetap optimis pertumbuhan Indonesia akan bertahan di kisaran 5% tahun ini.
 

Bagikan: Pasokan berita